Minggu, 05 April 2009

tentang HATI

TENTANG HATI

Rasulullah.S.A.W bersabda: “Ingatlah bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal organ, bila ia baik maka baiklah seluruh tubuh manusia itu. Dan bila dia rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Organ itu adalah hati (qolbu).” (HR.Bukhari 1/126 dan muslim XI/27,28).
Hati merupakan salah satu organ internis manusia yang terpenting. Ia menjadi tempat seluruh perasaan jiwa, kekuatan berpikir dan keyakinan manusia. Perasaan cinta, benci, bahagia, gelisah, marah, takabbur, tawadhu, yakin dan ragu muncul dari hati. Karenanya hati sangat menentukan baik dan buruk manusia secara menyeluruh. Bila kita membiarkan hai rusak sama dengan merusak manusia itu sendiri. Hati adalah tempat bersemayamnya keyakinan yang akan menentukan visi hidup seorang manusia, sumber niat, motivasi, selera dan emosi yan akan mengarahkan amal seseorang dan menentukan mutunya.
Para ulama membagi hati menjadi 3 macam, merujuk pada ayat-ayat al-Quran :
Al Qalb As Salim ( Hati yang Suci dan Bersih)
Hati inilah yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pemiliknya sebagaimana firman Allah: “Pada hari dimana tiada gunanya lagi harta dan anak, kecuali orang yang dating kepada Allah dengan hati yang sehat.”(QS. Asy Syu’araa’(26):88-89).
Salim atau sehat adalah lawan dari sakit. Artinya hati tersebut sehat dan selamat dari semua penyakit syahwat yang menentang perintah Allah dan laranganNya. Juga sehat dan selamat dari semua penyakit syubhat yang menentang beritaNya. Karenanya, ia selamat dari penyembahan kepada selain Allah. Jika ia cinta, maka cintanya karena Allah. Dan ia benci, maka bencinya itu karena Allah.Hati seperti inilah yang bersih dari noda, sehingga menjadi jernih dalam melihat, menimbang dan menilai sebuah masalah.

Al Qalb Al Mayyit ( Hati yang mati )
Hati yang mati adalah hati yang di dalamnya tidak ada kehidupan, sehingga tidak mengenal Rabbnya dan senantiasa hidup dalam dosa. Tidak bisa berubah meski sudah diperingatkan dengan ayat-ayat Allah dan hadist-hadist Nabi saw seperti disebutkan dalam firman Allah: “Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengarean mereka dan peng lihatan merka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”. ( QS Al Baqarah[2]:6-7).
Hati yang seperti ini bila sudah menang dengan syahwatnya, maka tidak akan ingat lagi dengan Tuhannya ridha atau tidak. Bila ia jatuh cinta, maka cintanay karena hawa nafsunya. Dan bila ia benci, maka bencinya pun karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menjadi imam baginya. Panglimanya adalah syahwat. Sopirnya adalah kebodohan dan kendaraannya adalah kelalaian.
Apabila kita bergaul dengan pemilik hati yang seperti ini adalah penyakit dan berinteraksi dengannya adalah racun dan jika duduk bersamanya adalah kebinasaan. Hati yang buta adalah analogi dari hati yang mati, sebagaimana firman Allah: “Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti batu, atau lebih keras dari itu…”. (QS Al Baqarah [2]:74), yang cirri-cirinya dengan munculnya sifat-sifat tercela.
Ibarat besi, hati yang mati itu telah berkarat sehingga susah untuk kembali bersih dan hidup lagi. Allah berfirman: “Sekali-kali tidak demikain. Bahkan telah menutupi hati mereka karena apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al muthaffifin [83]:14). Dalam Al quran, konteks hati yang mati adalah orang-oran kafir. Karena itu seorang mukmin harus selalu mewaspadai diri untuk menjauh dari hati yan mati ini.

Al Qalb Al Maridh ( Hati yang Sakit)
Hati yang sakit adalah hati yang di dalamnya terdapat kehidupan, namun juga terdapat penyakit. Di dalam hati antara Mahabbatullah (mencintai Allah) dan Mahabbatusy Syahawaat (mencintai syahwat) bertarung dan berekecamuk menjadi satu. Inilah hati orang-orang yang munafik. Allah berfirman: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. (QS Al Baqarah [2]:10).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar