Sabtu, 14 Februari 2009

merenung

Merenung

Dalam koleksi pointer-pointer Pak Mario yang berhasil saya kumpulkan, saya hanya menemukan 2 kalimat yang mengandung kata dasar renung, yaitu Mario Teguh Seluler dan Exnal Business Bulletin edisi ke 9 berikut:

Yang harus merenung adalah pribadi-pribadi pilihan yang sekarang telah diberikan
kewenangan untuk mengelola perbendaharaan alam lebih besar dari orang kebanyakan.
Ya, Anda ...(EBB-9)

Dalam sudut pandang saya yang mungkin saja menjadi soliter dan unik untuk diri sendiri, merenung merupakan salah satu proses berpikir yang dalam (padanan Bahasa Inggris yang paling populer untuk kata merenung adalah contemplation atau contemplate). Sangat umum diketahui bahwa dalam proses merenung, kita diminta untuk beraduk rasa, bersilang argumen, meluaskan sudut pandang, menyusun hipotesa dan menata logika; dalam kesunyian yang jujur dan hening dari emosi. Mungkin karena itu, Pak Mario mengaitkan kegiatan perenungan dengan proses pencarian visi.

Tidak ada dan mungkin tidak akan pernah ada, petunjuk baku untuk mengajarkan dan melatihkan proses perenungan yang cemerlang. Satu-satunya nasehat yang pernah sampai adalah merenung-lah dalam suasana hati yang damai. Dan sangat diyakini, setiap insan akan menemukan teknik perenungan yang paling sesuai bagi dirinya - secara alamiah. Jika pun ada prasyarat, yang utama adalah hati yang damai - bukan hanya suasana fisik yang sepi, sejuk dan hening.

Tetapi bukankah justru kekuatan terbesar kita ada pada saat hati kita damai? Kita pasti sangat ingat dengan pointer Pak Mario yang ini : Engkau paling kuat, saat engkau damai.

Sehingga sangat mungkin dan hampir pasti, bila perenungan itu dilakukan saat hati kita damai, kita akan menemukan gambaran yang paling baik untuk divisikan dalam hidup ini. Karena pada saat seperti ini, kita sedang memiliki kekayaan yang sejati, yaitu kekayaan yang utuh
(Kekayaan yang utuh adalah sebuah jiwa yang damai - Mario Teguh).

Jika Anda adalah pribadi-pribadi terpilih, berwenang dan beruntung; maka ajakan untuk banyak merenung sangat tepat. Karena pada gambaran nan jauh di depan Anda, tergantung banyak harapan-harapan baik. Tetapi mohon untuk lebih diperhatikan bahwa jangan berhenti hanya pada proses merenung. Kesibukan mewujudkannya-lah yang menjadi serpihan-serpihan pembentuknya.

Saya sangat mengerti, ada banyak diantara kita yang sangat praktis, taktis dan teknis. Tetapi ajakan merenung ini, tetap berlaku juga untuk Anda. Bukankah biasanya hal-hal genting itu, terkait dengan keseharian atau target hari ini. Padahal, Anda sedang merencanakan hidup 1000 tahun lagi untuk berbuat kebaikan bagi sesama, agar ketika memasuki masa yang kekal nanti berwujud kehidupan yang sangat manis dan indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar